:
Eritrosit pada manusia
Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 μm dan
ketebalan 2 μm, lebih kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada
tubuh manusia.
[13] Eritrosit normal memiliki volume sekitar 9 fL (9
femtoliter)
Sekitar sepertiga dari volume diisi oleh hemoglobin, total dari 270
juta molekul hemoglobin, dimana setiap molekul membawa 4 gugus heme.
Orang dewasa memiliki 2–3 × 1013 eritrosit setiap waktu (wanita
memiliki 4-5 juta eritrosit per mikroliter darah dan pria memiliki 5-6
juta. Sedangkan orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar
oksigen yang rendah maka cenderung untuk memiliki sel darah merah yang
lebih banyak). Eritrosit terkandung di darah dalam jumlah yang tinggi
dibandingkan dengan partikel darah yang lain, seperti misalnya sel darah
putih yang hanya memiliki sekitar 4000-11000
sel darah putih dan
platelet yang hanya memiliki 150000-400000 di setiap mikroliter dalam darah manusia.
Pada manusia, hemoglobin dalam sel darah merah mempunyai peran untuk mengantarkan lebih dari 98%
oksigen ke seluruh tubuh, sedangkan sisanya terlarut dalam
plasma darah.
Eritrosit dalam tubuh manusia menyimpan sekitar 2.5 gram
besi, mewakili sekitar 65% kandungan besi di dalam tubuh manusia.
[14][15]
Daur hidup
Proses dimana eritrosit diproduksi dinamakan
eritropoiesis. Secara terus-menerus, eritrosit diproduksi di
sumsum tulang merah, dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per detik (Pada embrio,
hati berperan sebagai pusat produksi eritrosit utama). Produksi dapat distimulasi oleh
hormon eritropoietin (EPO) yang disintesa oleh
ginjal. Hormon ini sering digunakan dalam aktivitas olahraga sebagai
doping. Saat sebelum dan sesudah meninggalkan
sumsum tulang belakang, sel yang berkembang ini dinamai
retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari seluruh darah yang beredar.
Eritrosit dikembangkan dari
sel punca
melalui retikulosit untuk mendewasakan eritrosit dalam waktu sekitar 7
hari dan eritrosit dewasa akan hidup selama 100-120 hari.
Polimorfisme dan kelainan
Morfologi sel darah merah yang normal adalah bikonkaf. Cekungan
(konkaf) pada eritrosit digunakan untuk memberikan ruang pada hemoglobin
yang akan mengikat oksigen. Tetapi, polimorfisme yang mengakibatkan
abnormalitas pada eritrosit dapat menyebabkan munculnya banyak
penyakit. Umumnya, polimorfisme disebabkan oleh mutasi gen pengkode
hemoglobin, gen pengkode protein transmembran, ataupun gen pengkode protein
sitoskeleton. Polimorfisme yang mungkin terjadi antara lain adalah
anemia sel sabit,
Duffy negatif,
Glucose-6-phosphatase deficiency (defisiensi G6PD),
talasemia, kelainan glikoporin, dan
South-East Asian Ovalocytosis (SAO).
[16]
sumber: wikipedia