Lisan merupakan salah satu kenikmatan yang agung yang sekalipun
ukurannya kecil namun orang bisa menjadikannya sebagai alat untuk
beribadah kepada Allah dengan berbagai macam ketaatan demikian pula
sebaliknya lisan bisa menjadi alat untuk melakukan kemaksiatan kepada
Allah. Lisan yang merupakan karunia yang besar haruslah senantiasa kita
menjaganya dengan tidak berkata kecuali perkataan yang bermanfaat untuk
dunia dan akhirat kita atau lebih baik kita memilih
diam karna hal itu
lebih terpuji sebagaiman yang terdapat dalam hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ” Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam.
” (Diriwayatkan Al-Bukhary dan Muslim). dan siapa yang banyak
perkataannya maka akan banyak dustanya dan siapa yang banyak dustanya
maka akan banyak dosanya dan siapa yang banyak dosanya maka neraka yang
pantas untuknya.
Lidah adalah salah satu nikmat Allah dan keajaiban penciptaan-Nya. Kecil
fisiknya tetapi besar ketaatan atau kedurhakaannya, sebab kejelasan
antara kufur dan iman seseorang hanya diketahui dari kesaksian lidahnya.
Iman dan kufur merupakan tingkatan tertingggi bagi ketaatan dan
kedurhakaan.
dengan anggota tubuh kecil ini seseorang bisa menungkapkan kehendaknya dan mengekspresikan perasaannya.
Dengannya ia meminta orang lain untuk memenuhi kebutuhannya, membela
dirinya dan mengungkapkan isi hatinya. Dengannya ia menyapa teman
duduknya dan menghibur sahabat karibnya. Dengannya ia bisa jatuh dan
terhina atau bangkit meraih kehormatannya. Orang yang diam tidak
mengungkapkan kebenaran merupakan setan yang bisu dan dia telah
bermaksiat kepada Allah. Orang yang menyampaikan kebatilan merupakan
setan yang berbicara, ia juga bermaksiat kepada Allah.
Secara umum bahaya lisan ada pada kesalahan dalam berbicara, berdusta, menggunjing (ghibah), adu domba (namimah), bermuka dua (nifaq),
berkata-kata kotor, berdebat yang tidak ada gunanya, memuji diri
sendiri, membicarakan kebatilan, menyebarkan permusuhan, menyakiti orang
lain, menodai kehormatan orang lain, dan sebagainya. Komitmen bersikap
diam memungkinkan seseorang untuk menghimpun tekad, mengedepankan sikap
tenang, fokus untuk berfikir, berdzikir, beribadah dan selamat dari
bahaya lidah, baik di dunia maupun di akhirat.
Hendaknya seorang mukmin berhati-hati dari berbagai bahaya lidah
tersebut, sebab kelak ia akan dihisab (diadili) dan mendapat balasan.
Allah Ta’ala berfirman, “Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qaaf: 18) Dan firman Allah Ta’ala, “Dan
janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta
pertanggungjawabannya.” (QS.Al-Israa`: 36)
Selasa, 13 November 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar